Posted by : Unknown Minggu, 13 November 2011

 Hujan kodok di Jepang menjadi sebuah fenomena tersendiri yang beberapa waktu lalu sempat membuat geger warga yang tinggal di kawasan Jepang. Kehebohan yang disebabkan oleh hujan kodok di Jepang tersebut memang wajar, mengingat hujan yang pada umumnya berbentuk tetesan-tetesan air.
Fenomena ajaib yang berkenaan dengan alam ini terjadi pada Juni 2009 lalu. Hujan kodok di Jepang ini tepatnya terjadi di beberapa kawasan, yaitu Taiwa, Nakanoto, Asahi, dan Kuki. Kawasan itu merupakan “kawasan terpilih” yang disinggahi oleh segerombolan kodok ajaib yang jatuh dari langit.
Kodok yang berjatuhan dari langit dan orang-orang mengenalnya sebagai fenomena hujan kodok di Jepang itu tidak berbentuk kodok yang besar. Kodok yang jatuh lebih berbentuk seperti anak kodok atau masyarakat Indonesia mengenalnya dengan istilah kecebong. Bentuknya pipih, lengkap dengan buntut. Persis seperti gambaran kecebong pada umumnya. Kodok tersebut diperkirakan memiliki panjang kurang lebih 5 cm.
Hujan kodok di Jepang yang sempat meresahkan warganya terjadi selama beberapa hari. Persitiwa tersebut jatuh pada hari yang berdekatan, antara 9, 15, 16, dan 17 Juni 2009 lalu. Jika saja fenomena ini terjadi di Indonesia, kemungkinan hal ini untuk disangkutpautkan dengan kejadian mistis sangat besar.
Harus diakui bahwa sekalipun masyarakat Indonesia sudah mengenal agama, hal-hal mistis masih saja tetap hangat dibicarakan. Berkenaan dengan fenomena hujan kodok di Jepang ini, masyarakat Indonesia pasti tidak luput menghubung-hubungkan hal ini dengan hal gaib tersebut. Mengingat hal tersebut memang cenderung agak sulit diterima secara nalar.
Hujan kodok di Jepang yang cukup mengherankan tersebut juga memiliki penjelasan ilmiah. Belakangan ini masyarakat dunia dihebohkan dengan isu tentang pemanasan global atau perubahan cuaca yang cukup ekstrem. Isu itulah yang kemudian dicurigai sebagai penyebab terjadinya hujan kodok tersebut.
Menurut sebuah siaran acara televisi di Jepang yang khusus mengabarkan berbagai fenomena kerusakan alam, kejadian luar biasa yang menimpan negaranya ini terjadi akibat kerusakan lingkungan yang tidak bisa lagi ditolerir. Bahwa hujan kodok di Jepang ini terjadi akibat adanya sebuah pusaran angin yang cukup besar. Pusaran tersebut biasanya berada di atas permukaan air, seperti sungai, rawa, dan danau.
Pusaran angin itulah yang dicurigai mampu mengangkat hewan-hewan yang ada di dalamnya. Mengingat ukuran kodok tidak terlalu besar, maka hewan kodok itulah yang bisa terbawa dan terangkut dalam jumlah yang cukup banyak untuk kemudian “ditumpahkan” ke kawasan-kawasan yang menjadi tempat kejadian perkara. Tinggi dan kencangnya fenomena pusaran air ini pun diamini oleh FAO sebagai akibat dari pencemaran lingkungan.
Fenomena hujan kodok di Jepang ini ternyata juga pernah dialami oleh negara lain. Kejadian ini bahkan terjadi jauh sebelum kodok-kodok itu berjatuhan di Jepang. Negara Inggris dan Serbia menjadi dua negara dengan pengalaman fenomena yang sama. Dua negara itu sudah lebih dulu merasakan atmosfir kehebohan yang dilahirkan dari kodok-kodok tersebut. Negara Serbia mengalaminya pada 2005 lalu, semantara Inggris sudah mengalaminya lebih dulu. Negara Pangeran Charles ini mengalami hujan kodok pada 1998 lalu.
Bumi, sebagian besar terdiri dari air. Pusaran-pusaran air itupun menjadi satu hal yang mungkin terjadi di mana saja. Tidak terbatas pada satu kawasan teritorial tertentu. Fenomena hujan kodok di Jepang ini bisa saja beberapa tahun ke depan ikut dirasakan oleh warga yang ada di Indonesia. Hal itu tentu saja akan semakin cepat terjadi, jika kebersihan lingkungan masih tetap disepelekan.
Wajar rasanya jika hujan kodok di Jepang yang terjadi beberapa waktu lalu menjadi sebuah fenomena yang cukup meresahkan, karena seperti yang kita tahu, hujan merupakan sebuah proses alamiah yang berkenaan dengan perubahan gas menjadi zat cair. Gas yang terbawa angin hingga mencapai atmosfir dengan suhu lebih rendah kemudian mencair secara perlahan.
Lalu, bagaimana hujan kodok di Jepang itu bisa terjadi? Apakah kodok mengalami proses yang sama dengan gas yang kemudian mencair? Para peneliti pun menjadikan itu sebagai bahan penelitian. Mereka memelajari bagaimana sesungguhnya hujan kodok di Jepang itu bisa terjadi.
Bermain di bawah hujan bagi sebagian orang sangat menyenangkan. Terlebih untuk anak-anak kecil. Mereka pasti akan sangat betah jika berlama-lama berada di bawah guyuran air hujan. Lalu, bagaimanakah dengan anak-anak di Jepang pada saat fenomena hujan kodok di Jepang itu terjadi? Bisa dapat dipastikan bahwa tidak akan ada satu anak pun yang akan dengan senang hati menyambut “hujan” yang seperti itu.
Secara kebetulan kodok juga menjadi binatang yang dianggap cukup menjijikkan bagi sebagian orang, sehingga fenomena hujan kodok di Jepang ini mutlak benar-benar menjijikkan dan aneh. Penjelasan yang diberikan oleh beberapa ahli mengenai hal ini seolah menunjukkan bahwa kejadian yang menurut orang awam luar biasa ini adalah hal yang biasa dan kemungkinan untuk terjadi juga cukup besar.
Hujan kodok di Jepang ini menjadi sebuah fenomena yang tidak dialami oleh setiap negara. Entahlah, negara dengan kriteria seperti apa yang memungkinkan hal ini terjadi. Apakah negara dengan jumlah kodok yang cukup banyak, ataukah negara dengan tingkat penduduk tertinggi atau alasan lain.
Tahukah Anda jika ternyata menurut beberapa ahli yang sering berurusan dengan masalah cuaca dan seluk beluknya ini, hujan kodok di Jepang benar-benar bisa terjadi kapan saja dan tidak menutup kemungkinan untuk terjadi di negara lain. Tidak ada yang aneh dengan hal seperti ini. Kurang lebih itulah mungkin yang ada di pikiran para orang pintar tersebut.
Apa yang dikatakan oleh para ahli tersebut mengenai fenomena hujan kodok di Jepang itu seharusnya sudah cukup menjadi obat “penenang” bagi kehebohan yang sempat terjadi akibat peristiwa itu. Masyarakat harusnya mulai menjauhkan berbagai pemikiran irasional yang selalu dikait-kaitkan dengan kejadian itu.
Hewan yang bisa ikut “mewarnai” fenomena hujan aneh ini ternyata bukan hanya kodok. Hewan bertulang belakang lainnya yang ikut “eksis” adalah ikan. Menurut beberapa saksi mata yang melihat langsung kejadian hujan kodok di Jepang tersebut menuturkan bahwa kodok yang jatuh dari langit takjarang masih dalam keadaan hidup.
Selayaknya seseorang yang tidak disengaja jatuh dari ketinggian, kodok-kodok pada fenomena hujan kodok di Jepang itu juga jatuh dengan gerakan yang cukup agresfif, seolah sedang berusaha melawan gravitasi. Gerakan agresif itu menunjukkan bahwa mereka hidup dan merasa terancam dengan jarak yang cukup tinggi. Takjarang juga para saksi mata menemukan bahwa kodok yang jatuh dari langit itu masih dalam keadaan terbungkus bongkahan es.
Keadaan yang dialami kodok pada hujan kodok di Jepang itu menunjukkan bahwa mereka “datang” dari suhu yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan suhu di sekelilingnya. Suhu yang rendah itu kemudian membawa kodok-kodok tersebut ke daerah dengan suhu yang lebih tinggi, akibatnya, kodok itu pun terjatuh karena penyesuaian suhu.
Anda mungkin penasaran bagaimana tanda-tanda sebelum hujan kodok di Jepang itu terjadi. Apakah memiliki tanda-tanda yang sama dengan hujan pada umumnya atau tidak? Fenomena yang masih cukup membuat takjub itu ternyata memiliki tanda-tanda yang sama dengan hujan pada umumnya. Langit akan berubah menjadi mendung, dan hujan aneh itu pun terjadi, biasanya bersamaan dengan petir dan angin yang cukup kencang.

Leave a Reply

Blog Dofollow Silahkan Tinggalkan Komentar Sobat... Komentarnya Yang Manis Ya....!!!
Jangan Lupa Kunjungi Jasa Facebook Fanpage Murah
Buat Sobat Yang Mau Berbisnis Online Kunjungi Aja Langsung Bisnis Online Terbaru

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Cafe Amaliun Indah - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -